Les Kumon
Tanya
Mau minta sharing dan infonya tentang les Kumon, anakku (7 tahun, kelas 2 SD) senang sekali pelajaran matematika, sekarang ini dia ingin sekali ikut les Kumon, cuma aku belum menyetujuinya. Kalau Moms semua ada pengalaman tolong info ke aku ya, sejauh mana kegunaan les kumon ini, apa plus minusnya? Tadi aku sudah telepon Kumon yang di cempaka putih, ternyata bayarannya juga lumayan mahal, Rp 276.000,- sebulan (pertemuan hanya 2 kali seminggu), tapi kalau memang bagus dan mumpung anaknya mau ya boleh juga [Yn]
Jawab
Jangan lewat jalur pribadi, aku juga mau tahu soal ini. Kebetulan anakku masih balita dua-duanya, yang besar 4 tahun senang sekali sama hitung-hitungan yang dibantu gambar, yang kecil 3 tahun masih belajar angka (kadang bisa kadang tidak, tergantung keinginannya dia). Nah dua-duanya belum lancar baca, baru bisa mengeja sama sedikit suku kata, KUMON terima tidak yang seperti anakku gitu? Maksudnya tingkatan persyaratannya, apakah harus bisa baca? Apa termasuk pengenalan angka? Sekalian tanya kalau SEMPOA, juga pertanyaan yang sama, apakah bisa untuk anak yang baru belajar membaca dan angka seperti anakku? Apa persyaratannya. Terima kasih sekali, mbak Yn aku numpang pertanyaan ya [DH]
Mbak, sekarang ada pekan free trial kumon dari tgl 18 sd 28 februari??? Coba saja ikut free trial ini nanti kalau memang bagus bisa dilanjutkan. Anakku baru ikut kumon 1 bulan yang lalu, sekarang dia di TK B (umurnya 5,5 tahun). Sejauh yang aku lihat, Kumon sangat membantu aku (dan suamiku) supaya anakku bisa belajar berhitung dan menulis angka (kali karena anakku masih TK kali yaa). Tiap hari pasti ada pe-ernya mbak, lumayanlah buat orangtua bisa memantau anak dan juga kurikulum kumon. Sejauh yang aku lihat, jam lesnya fleksibel mulai dari pagi sampai jam 6 sore, setiap les pasti didampingi sama gurunya. Oh iya sebelum masuk, anak akan ditest untuk menentukan tingkatan si anak sudah sampai di mana [Vr]
Aku sudah mengikutsertakan anakku (laki-laki 7tahun) les kumon (Kumon Laut Banda-Duren Sawit) dari tahun 2004, dimana si sulung ini berumur 5 tahun 5 bulan (waktu itu masih TK B) dan setelah dites penempatan masuk ke level 4A (level dasar adalah 7A), hal ini disebabkan anakku sudah bisa membaca dan menulis. Sekarang anakku itu sudah di level C dan pelajarannya adalah perkalian (sekarang dia kelas 2 SD). Kumon menerapkan metode belajar yang disiplin artinya setiap hari si anak diberikan PR atau latihan di tempat les dan masih mengalami salah atau nilainya tidak 100 (OK) maka yang bersangkutan harus diulang terus menerus dengan materi pelajaran yang sama sampai ybs mendapat nilai 100. Tujuannya bagus mendidik anak belajar pelajaran harus rutin dan setiap hari pasti diberikan PR dan diperlukan pencatatan waktu (berapa menit/jam dalam pengerjaannya). Untuk anakku yang kedua lain lagi yang ini memang susah diajarkan rutinitas, makanya sampai lulus TK B belum bisa baca apalagi nulis. Akhirnya Kumon-nya tidak aku ikutsertakan, tapi si anak maksa-maksa ingin ikutan biar sama-sama abangnya katanya ke tempat les. Akhirnya aku ikuti juga coba gratis, tapi menurut guru Kumon lebih baik ajarkan dulu anaknya membaca baik huruf atau angka di rumah (Aku sampai beli buku yang dijual di Kumon untuk memperkenalkan angka kalau tidak salah harganya waktu itu Rp 9.000), karena menurut guru Kumon juga sayang kalau anaknya belum mampu menyerap materi yang ada di Kumon (takut terbebani) apalagi uang kursus lumayan mahal (Pendaftaran Rp 250.000 + bulanan Rp 276.000). Akhirnya aku sampaikan hal ini ke anakku berdasarkan hasil analisa laporan guru Kumon, dan anakku mau terima. Terus pada bulan Juli 2005 (anakku kelas 1 SD) yang bersangkutan aku ikutsertakan tes penempatan, dan dari hasil tes masuk level 7A. Dengan berjalannya waktu dan setiap hari dipenuhi dengan rutinitas yang dihadapi pada akhirnya anakku setelah 3 bulan di kelas 1SD sekarang bisa dan lancar baca/tulis dan Kumonnya udah di level 4A dan mau naik ke level 3A di bulan ini.
Hal-hal positif yang diberikan Kumon :
1. Menanamkan kebiasaan belajar pada setiap anak sejak dini
2. Melatih disiplin akan tugas pelajaran yang harus dilakukan
3. Belajar dengan memulai dari yang termudah dan kontinyu
4. Apabila anak mendapat nilai baik&waktu pengerjaan yang cepat akan diberikan pujian/point unt ditukar hadiah. Kalau Sempoa aku tidak punya pengalaman [Bl]
Semoga dapat membantu ibu-ibu yang lain;
METODE KUMON:
Kumon itu mempunyai target agar anak dapat/ atau mampu mengerjakan matematika SMA, sehingga jika anak tersebut masih duduk di SD mungkin tidak kelihatan perubahan yang signifikan dalam kenaikan nilai. Untuk ibu yang stay at home dan bisa meluangkan waktu menemani anaknya belajar Kumon boleh dijadikan salah satu pilihan. Karena setelah anak tersebut memasuki level 4A ke atas semua worksheet harus menggunakan limit waktu, waktu mulai dan waktu selesai mengerjakan harus di catat. Kumon dapat menerima anak dari 2 1/2 th – SMA.
SEMPOA:
Sempoa itu melatih kecepatan berhitung pada anak (tambah, kurang, kali, bagi) memang sangat cocok untuk anak TK sampai kelas 3 SD. Tapi tidak semua yayasan menerima Sempoa dari TK ada beberapa yang hanya punya program basic ( khusus SD) Metodenya juga ada banya dari yang 1 tangan, 2 tangan, dsb. Pada tingkat mahir sempoa akan masuk ke sempoa bayangan sehingga tidak perlu lagi menggunakan sempoanya.
Berdasarkan pengalaman pribadi:
Ke dua anakku setelah memasuki level 4A mereka jadi sedikit stress karena dalam mengerjakan ter-uber-uber dengan waktu. Kata pembimbingnya waktu mengerjakan worksheet paling lama 15 menit, karena anakku masih TK yang mengerjakannya tidak bisa dipaksa untuk fokus. Untuk anak ku yang pertama dia bisa bertahan hanya sampai level 3A waktu berhentinya dia sudah tidak mau mengerjakan semua PR kumonnya & akhirnya aku ambil cuti maksudnya supaya 3 bulan lagi anakku sudah mau ikut lagi ternyata anakku tetap tidak mau ikut. Akhirnya anakku ikut Sempoa. Untuk anakku yang ke 2 sebetulnya lebih rajin ketimbang yang pertama tapi sekitar 3 bulan yang lalu guru yang biasa megang anakku berhenti, mulailah anakku setiap pergi ke Kumon menangis terus dan tidak pernah mau les, jadi setiap kali cuma ambil PR. Dan yang alasan utama yang menyebabkan aku memberhentikan anakku yang kedua: anakku baru di level 4 sedangkan anakku sudah minta penjumlahan, di Kumon anak dari level 4A tidak boleh loncat level 4A, karena takut keburu surut semangatnya adiknya aku masukan ke Sempoa juga. Kalau boleh sharing sedikit menurut pendapat saya karena semua les tersebut masing-masing punya nilai positif & negatifnya saya pribadi mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Jika memang ingin mengasah kemampuan si kecil 2 1/2 th - 4 th bisa ikut Kumon ( agar anak tersebut mengerti urutan bilangan, & mengenal angka sampai ratusan).
4th - 9 th bisa ikut Sempoa ( karena sudah mengenal angka tinggal diasah kemampuan berhitungnya)
6 th - 12 th Bisa melanjutkan ke Sakamoto.
12 th keatas baru konsentarsi di Kumon ( karena dengan skill yang sudah di dapat dari sempoa & sakamoto bisa memulai Kumon dengan level
yang lebih tinggi [Patr]
Mbak aku share yang sempoa ya, yang kumon aku kurang mengerti. Sempoa untuk anak yang baru belajar baca/tulis, bisa. Karena dasarnya dia diajarkan "manajemen mikir" artinya sebelum kita mengitung apa dulu, dan jika diperhatikan caranya mereka lebih menekankan ke daya ingat baru ke tulis-menulis. Jadi anaknya ke-latih pelan-pelan. Yang diajari : Pengenalan pakai menyanyi dan gerakan tangan untuk sempoa, "brain gym" nah, aku tidak hafal gerakannya, panjang dan lama jadi aku harus ikut les) intinya si anak biar tidak jenuh jadi ada pemanasan ceritanya, terus latihan menulis pakai waktu istilahnya "speed writing", terus flascard gunanya untuk memory anak dan daya tangkap. Terus ada dengar hitung alias seperti soal didikte terus si anak nulis hasilnya dibuku (tapi sistemnya membuat anak berpikir dulu baru menulis, dan itu cepat). Posisi duduk, posisi tangan (kiri pegang sempoa, kanan pegang pensil), posisi buku dimeja, mendisiplinkan anak jadi biasa belajar di meja. Nah jika si anak sudah paham sekali,
diajarkan bayangan, artinya menghitung tanpa sempoa. Anakku 4 tahun, TK A, ikut sempoa sudah 5 bulan. Dan aku tidak mau rugi kalah set, aku belajar juga (beli bukunya). Dan lumayan banyak diajari anakku, lagu-lagu, hitung-hitung. Ya intinya jika dia bertanya aku bisa menerangkan, kecuali brain gym harus tanya-tanya sama gurunya dulu. Tidak rugi, benar. Tapi emang gimana anaknya. Dulu waktu awal masuk teman sekelas anakku (yang umur 4 tahun-an) ada 6 orang yang ikut, sekarang tinggal anakku saja yang umur 4 tahun yang bertahan di tingkatnya, sisanya yang masuk kelas les itu anak kelas B. Aku sendiri tidak memaksakan terserah anaknya, jika malas ya tidak les, jika mau ya ayo, aku ikuti. Sampai saat ini dia enjoy saja. Malah dia minta diajari hitungan ribuan (padahal baru masuk puluhan, dan teknik adik/kakak), dan dia bisa mengitung ribuan. Jadi balik lagi ke anaknya [Em]
Mbak, anakku dulu waktu TK B pernah aku ikuti free trial kumon yang 2 minggu itu, dia senang sekali, tapi ketika mau didaftar benar, dia tidak mau, capek katanya. Terus waktu di kelas 1 kemarin aku coba lagi, bersama-sama adiknya, jawabannya masih sama, capek Mah, lama keluhnya, tapi kalau adiknya malah senang, minta ikut. Sesudah diskusi sama suami, akhirnya tidak jadi diikutkan kumon, alasannya:
- standar kumon, mundur sekitar 3 level, maksudnya dari hasil tes, anakku yang sudah kelas 1 SD, harus belajar dari cara menulis angka lagi, yang menghubungkan pakai titik-titik itu, yaa pelajaran tingkat TK A sepertinya. Karena katanya prinsip Kumon itu membiasakan anak benar-benar mengerti dan hafal sehingga nantinya bisa cepat sekali berhitungnya, jadi satu materi diulang-ulang terus, tiap hari ada tugas yang harus dikerjakan di rumah, dicatat waktu kerjanya.
- biaya kursusnya mahal sekali buat kami, pendaftaran kalau tidak salah Rp 250.000,-, terus bulanannya Rp 276.000,-, terus kata customer servicenya, kalau ikut kumon, minimal 1 tahun baru kelihatan perubahannya, dan kalau ikut dari SD, hasilnya baru terasa nanti waktu SMP (cmiiw)
- kursus di Kumon anak dan orang tua harus aktif, disiplin, kalau tidak akan cepat bosen, karena mengerjakan soal yang itu-itu saja, dan banyak
- materi Kumon hanya matematika dan sedikit bahasa inggris
Jadi, kita timbang-timbang lagi, dengan biaya yang sama, lebih baik memanggil guru privat ke rumah, bisa dapat lebih banyak materi (matematika, ipa, ips, bahas inggris), tambahan lagi, Alhamdulillah anakku masih masuk 10 besar di kelasnya, jadi kita pikir, biarlah sampai kelas 4 nanti dia puas-puasin main semaunya dia dulu, tidak usah terlalu dibebani sama kursus-kursus tambahan, nanti kalau anaknya sudah mantap kemana minatnya, sudah bisa disiplin, baru kita dukung dan arahkan. Eh, maaf kalau ada yang tidak sepaham, preferensi orang kan lain-lain ya [Dy]