Dipaksa Makan, Anak Bisa Trauma
Zyfa (4 tahun) sangat sulit makan. Setiap kali melihat ibunya membawa mangkok dan sendok, ia sudah menangis menjerit-jerit. "Nggak mau, nggak mau makan" teriaknya. Sang Ibu bingung menghadapi keadaan ini. Apalagi, Zyfa sulit minum susu. Badan Zyfa juga kurus. Zyfa hanya mau makan-makanan kesukaannya saja, yaitu ceplok telor dan kerupuk.
Trauma karena terpaksa
Menurut Fitriani, Psi, MPsi, Direktur Lentera Insan-Child Development Education Center, pemaksaan makan di masa balita akan berakibat tidak baik bagi perkembangan anak. Anak akan mengalami ketakutan yang sangat tinggi dalam proses pemaksaan makan.
Apalagi bila sampai dijejalkan sendok, dicekokin, atau ditakut-takuti hantu dan sebagainya. Ketakutan itu bisa menimbulkan trauma, tegas psikolog yang hobi menganalisa dan membaca sunatullah ini.
Anak yang trauma terhadap makanan dan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan makan justru akan lebih sulit makan karena ia cenderung menghindari penyebab trauma yang dihadapinya. Repotnya, trauma ini bisa berlanjut sampai dewasa. Bahkan juga bisa memunculkan perilaku jijik atau tidak suka pada jenis-jenis makanan tertentu. Asosiasi yang bikin jijik
Penyebab lain trauma makan adalah karena anak mengasosiasikannya dengan hal lain yang menyebabkannya tidak suka makanan tertentu. Misalnya, seorang anak muntah dan merasakan tidak enaknya muntah. Anak melihat bentuk muntahnya sama seperti bubur. Atau, saat sedang batuk pilek, ia melihat bentuk ingusnya seperti jus alpukat.
Bisa jadi, kedua anak itu mengasosiasikan muntah dengan bubur atau ingus dengan jus alpukat. Penginderaan anak tentang lunak menghubungkan makanan lunak dengan benda yang membuatnya jijik. Akibatnya, saat ditawarkan bubur atau jus alpukat anak langsung menolak.
Selain berbentuk benda, trauma juga dapat terjadi bila saat ia sedang makan dengan nasi dan telur dadar, misalnya, sang ayah memarahinya. Sebenarnya penyebab kemarahan sang ayah bukan karena anak makan nasi dan telur dadar.
Namun, anak bisa mengasosiakan nasi dan telor dadar sebagai penyebab kemarahan ayah. Akbatnya, anak trauma memakan nasi dan telor dadar karena takut sang ayah akan memarahinya lagi. Setiap kali makan telor, anak akan teringat pada peristiwa yang membuatnya merasa tidak anak
Balita masa kritis
Menurut Fitriani, saat anak berusia 2-5 tahun, adalah masa yang rawan bagi anak. Pada masa itu anak sedang sulit-sulitnya makan. Artinya, bila anak sulit makan pada usia itu sebenarnya masih bisa dikategorikan wajar.
Namun, tentu saja orangtua tidak boleh berdiam diri saat anak tidak mau makan. """Karena kalau ditolerir anak akan semakin kurus, kurang gizi dan semakin tidak bergairah untuk melakukan aktifitas. Bila keadaan itu berlanjut, anak bisa malas-malas terus karena fisiknya tidak sehat, urai Ibu dari tiga anak ini menjelaskan.
Untuk mengatasi keadaan seperti itu, maka orangtua perlu membujuk dengan berbagai cara dengan membuat suasana makan jadi menyenangkan. Luangkan waktu untuk menyusun menu dan mengajak anak untuk melihat-lihat gambar dalam buku resep.
Pada saat-saat tertentu, buatkanlah menu-menu kesukaan anak. Namun, jangan hanya menuruti keinginan anak saja hingga gizinya tidak berimbang karena tidak bervariasi. Pada masa kritis ini, yang perlu dihindari orangtua adalah menjaga jangan sampai kehilangan kesabaran dengan memarahi atau melakukan tindakan fisik kepada anak.
Bila berbagai upaya telah dilakukan, namun anak belum juga mau makan. Apalagi bila berat badannya di bawah normal, maka sebaiknya anak dibawa ke dokter spesialis anak, spesialis gizi atau spesialis pencernaan anak.
Dokter perlu melakukan pemeriksaan apakah anak tidak mau makan karena ada enzim-enzim yang belum bekerja atau sedang menderita sakit infeksi tertentu. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata tidak ada masalah, barulah kemungkinan adanya trauma makan pada anak dapat disimpulkan.
Namun, menurut Fitriani, adanya peristiwa trautamis karena makanan pada anak sebenarnya sangat jarang. Cara lain yang dapat membuat anak senang makan adalah dengan memberikan kesibukan yang cukup banyak menghabiskan energi. Misalnya, dengan memasukkan anak ke klub renang atau klub olahraga lainnya. Dengan mengajak anak berolahraga, anak dibuat lapar. Sehingga, kebutuhannya untuk makan menjadi meningkat.
Makan dengan bahagia
Langkah terbaik untuk mencegah trauma tidak mau makan adalah dengan pengetahuan, sikap dan perilaku yang benar tentang pemberian makanan pada bayi. Orangtua perlu belajar tahapan pemberian makan yang benar. Belum saatnya anak makan nasi, sudah diberi nasi. Atau, sebaliknya yang harusnya sudah bisa makan nasi, masih diberi bubur atau makanan yang masih diblender. Akhirnya sama nasi trauma.
Selain jenis dan bentuk makanannya, pemberian makanan tidak menggunakan cara-cara yang sangat negatif, agresif, atau penyiksaan. Bila ibu atau pengasuh sering marah-marah sambil menyuapi anak, maka anak akan mengidentikkan acara makan dengan kegiatan yang tidak menyenangkan.
Sebagaimana prinsip dalam TK "bermain sambil belajar" yang membuat suasana menyenangkan dalam belajar, maka suasana yang menyenangkan juga perlu diciptakan dalam suasana makan. Namun, perlu diingat juga bahwa dalam mengajarkan perilaku ini orangtua tidak boleh melupakan adab-adab makan, seperti membaca doa, mengambil dengan tangan kanan, duduk.
Jangan biasakan makan sambil jalan-jalan karena tidak sesuai dengan akhlak islami, tutur Fitriani, Master Psikologi Perkembangan ini.
Menciptakan suasana nyaman saat makan bukan berarti mengalokasikan waktu berjam-jam untuk makan. Orangtua tetap perlu mengingatkan anak bila ia melanggar aturan. Maaf, makannya tidak sambil lari-lari. Maaf, makannya pakai tangan kana, dan seterusnya. Terakhir, jangan lupa berikan penghargaan setelah anak selesai menghabiskan makanannya.
Ibu senang karena Zyfa pintar makannya. Insya Allah badan Zyfa akan sehat dengan makan-makanan yang sehat dan bergizi. Antara memberikan kenyamanan dan kedisiplinan harus pas takarannya, agar makan menjadi menyenangkan namun tetap menegakkan disiplin agar dilakukan sesuai dengan akhlaq islami.
Meningkatkan Selera Makan
Beberapa tips berikut adalah cara untuk membangkitkan selera makan anak. Bila seleranya meningkat, maka orangtua tak perlu memaksa anak untuk makan.
- Biasakanlah untuk memberi makan anak secara teratur. Sehingga, setiap tiba jam makan sudah terbentuk refleks makan pada anak yang dapat mengeluarkan air liur dan getah lambung yang sangat berguna bagi proses pencernaan yang sempurna. Keteraturan juga membuat perut anak lapar karena berselang 3-4 jam anak tidak makan apa-apa.
- Variasikan menu makanan dan aturlah suasana makan yang menyenangkan.
- Jangan berikan camilan yang manis-manis, seperti permen atau coklat diantara jam-jam makan. Makanan tersebut dapat menurunkan rangsangan pada pusat makan di otak. Akibatnya, selera makan anak jadi turun.
- Jangan memarahi, membentak, apalagi sampai memukul anak gara-gara tidak mau makan. Jelaskan konsekuensi yang akan terjadi bila tidak mau makan. Atau hanya mau makan makanan tertentu saja.
- Bila selera anak tidak bangkit juga, maka bawalah ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pastikan tidak ada penyakit infeksi atau gangguan lainnya yang sedang dialami anak.